Basuki
sakit jantung
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun bernama Basuki
sudah menderita penyakit jantung reumatik sejak berusia 6 tahun. Selama ini orang tua
Basuki selalu istiqomah dalam
mengusahakan pengobatan anaknya. Dua minggu terakhir ini Basuki menderita demam
terus-menerus tanpa disertai gejala lainnya.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya
bising sistolik derajat 2/6 pada apeks yang menjalar ke aksila, splenomegali,
petekie pada kulti dan konjungtiva, Nodus Osler pada
ujung-ujung jari serta ditemukan beberapa gigi dengan caries dentis.
Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan
laju endap darah (LED) 40mm/jam (normal < 10 mm/jam), jumlah leukosit
20.000/mmk (normal 6.000-10.000/mmk) dengan dominasi neutrofil segmen.
Dokter melakukan pemeriksaan ekokardiografi yang menunjukkan adanya
vegetasi pada katup mitral dan mengambil darah vena untuk kultur darah. Basuki
didiagnosis menderita endokarditis
infeksiosa, dan hasil kultur darah
menunjukkan positif adanya Streptococcus viridians.
Step
1 (Clarify Unfamilliar Term)
1.
Demam rematik : suatu kondisi dimana
terjadi kerusakan pada katup jantung seperti penyempitan daan adanya kebocoran,
terutama pada katup mitral.
2.
Nodus osler : daerah kecil,
bengkak, dan nyeri tekan, khas bewarna biru, pada permukaan jari tangan, kaki,
tumit, kelenjar. Hampir patogmonik untuk endokarditis bakterial subakut.
3.
Caries dentis : kerusakan yang
menyababkan dekalsifikasi enamelum gigi dan berlanjut menjadi kerusakan enamel
serta dentin dan pembentukan lubang pada gigi.
4.
Istiqomah : keteguhan hati dalam
melaksanakan kataatan kepada Allah SWT.
5.
Ekokardigrafi : metode perekaman
posisi dan gerak dinding jantung atau struktur dalam jantung secara grafik
melalui gema yang diperoleh dari pancaran gel ultrasonik yang diarahkan melalui
dindinh toraks.
6.
Vegetasi : sekumpulan jaringan
abnormal yang berlebihan bersifat patologis seperti neoplasma.
7.
Katup mitral : katup tbikuspidal yang
berada diantara atrium kiri dan ventrikel kiri.
8.
Endokarditis infeksiosa : kolonisasi organisme mikrobiologik pada katup
jantung, mengakibatkan pembentukan vegetasi rapuh yang terinfeksi dan sering
menyebabkan cedera katup.
9.
Kultur darah : biakan pada medium,
biasanya agar atau gelatin pada mediumnya.
10.
Streptococcus viridans : streptococcus hemolytic alpha yang tidak mempunyai
antigen group yang jelas. Merupakan flora normal saluran nafas.
11.
Bising sistolik : suara tambahan karena regurgitasi aorta dan mitral. Bunyi
desiran yang terdengar memanjang timbul akibat aliran turbulen.
12.
LED : pemeriksaan darah rutin yang mengukur sedimentasi darah selama 1 jam.
Step
2 (Define Problems)
1.
Apa hubungan PJR dengan endokarditis
infeksiosa?
2.
Kenapa pada pemeriksaan fisik terdapat
splenomegali?
3.
Apa yang dimaksud bising sistolik
derajat 2/6?
4.
Bagaimana cara vegetasi?
5.
Bagaimana patogenesis dari endokarditis
infeksiosa dan PJR?
6.
Sebutkan gejala khas endokarditis?
7.
Apa etiologi endokarditis dan PJR?
8.
Mengapa dilakukan pemeriksaan LED?
9.
Mengapa ditemukan caries dentis pada
pasien endokarditis?
10. Bagaimana
penatalaksaan untuk penyakit ini?
11. Apa
yang menyebabkan terjadinya bising sistolik?
Step
3 (Brainstrom Possible Explanations For
The Problem)
1. PJR
merupakan predisposisi penyakit endokarditis infeksiosa
2. Infeksi
bakteri menyebabakan jumlah leukosit meningkat dan terjadi eritropoiesis
ekstramedullar karena ada salah satu dari komponen darah yang menguasai
3. 11.
Normalnya darah akan mengalir dari ruangan yang bertekanan tinggi ke tekanan
rendah, seperti darah pada atrium kiri mengalir ke ventrikel kiri melalui katup
mitral. Ketika tekanan atrium lebih besar dari tekanan di ventrikel, maka katup
mitral akan terbuka, dan darah akan mengalir ke ventrikel kiri. Namun, ketika
tekanan di ventrikel lebih besar darp tekanan di atrium maka katup mitral akan
tertutp sehingga darah akan masuk seluruhnya ke ventrikel. Ketika pada katup
terjadi regurgitasi darah yang seharusnya seluruhnya masuk ke dalam ventrikel,
terdapat sebagian yang masuk kembali ke atrium dan menyebaakan adanya aliran turbulen,
disebut bising jantung
4. 5. Flora normal (streptococcus) pada saluran
nafas menginfeksi faring, menjadi demam rematik bersifat akut. Kemudian pasien
ditangani namun tidak tuntas, bakteri masuk ke sirkulasi darah melalui aliran
balik vena menginfeksi katup sehingga terbentuk vegetasi pada katup jantung.
Kompensasi tubuh dengan membentuk antibodi mengikat antigen bakteri dan antigen
miokardium sendiri (reaksi autoimun). Sehingga menjadi endokarditis infeksiosa
dalam tahap subakut.
6. Nodus
osler, petekia, demam, carier dentis.
7. Kelainan
katup jantung, penyakit reumatik jantung, ekstraksi gigi yang berasal dari
flora normal.
8. Dari
pemeriksaan LED dapat membantu untuk menegakan diagnosis bahwa daraah
terinfeksi bakteri dilihat dari rouleaux.
Dari
pemeriksaan Ekokardiografi dapat diketahui adanya vegetasi atau tidak di katup
jantung
9. FN
normal mulut (streptococcus) dapat menyebabkan caries dentis karena perawatan
yang tidak baik, ekstraksi gigi.
10.
Diberikan antibiotik, tirah baring,
pemeriksaan asto
Step
4 (Arrange Explanation Into A Tentative
Solution Or Hypothesis)
PJR merupakan
predisposisi penyakit endokarditis infeksiosa. Penyakit ini disebabkan oleh
kelainan katup jantung, penyakit reumatik jantung, dan flora normal yang
berasal dari ekstraksi gigi. Patogenesis endokarditis dimulai dari infeksi
flora normal pada faring (streptococcus) yang masuk ke sirkulasi darah dan
bervegetasi pada katup jantung. Pasien PJR dengan tanda-tanda khas yaitu :
nodus osler, petekia, demam, carier dentis, jumlah leukosit meningkat,
hipersegmentasi neutrofil, splenomegali. Dilakukan pemeriksaan LED untuk
melihat adanya rouleaux dan pemeriksaan Ekokardiografi sehingga dapat diketahui
adanya vegetasi atau tidak di katup jantung. Penetalaksanaan PJR dilakukan
pemeriksaan asto, diberikan antibiotik dan tirah baring.
Step
5 (Define Learning Objectives)
Tiu
1 Memahami dan menjelaskan etiologi dan patogenesis penyakit jantung
Tik 1.1 menjelaskan etiologi
penyakit jantung
Tik 1.2 menjelaskan patogenesis
penyakit jantung
Tiu
2 Memahami dan menjelaskan manifestasti klinik dan pemeriksaan penunjang
penyakit jantung rematik
Tik 2.1 menjelaskan manifestasi
klinik
Tik 2.2 menjelaskan pemeriksaan
penunjang penyakit jantung rematik
Tiu
3 Memahami dan menjelaskan endokarditis infeksiosa sebagai komplikasi penyakit
jantung rematik
Tik 3.1 menjelaskan etiologi
endokarditis infeksiosa
Tik 3.2 menjelaskan patogenesis
endokarditis infeksiosa
Tik 3.3 menjelaskan manifestasi
klinik endokarditis infeksiosa
Tik 3.4 menjelaskan kultur darah
dan pemeriksaan laboratorium
Tik 3.5 menjelaskan pemeriksaan
ekokardiografi
Tiu
4 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan dan prognosis penyakit jantung
rematik
Tik 4.1 menjelaskan farmakoterapi
Tik 4.2 menjelaskan terapi bedah
jantung
Tik 4. 3 menjelaskan prognosis
penyakit jantung rematik
Tik 4.4 menjelaskan terapi
profilaksis
Tiu
5 Memahami dan menjelaskan epidemiologi penyakit jantung rematik
Tik 5.1 menjelaskan prevalensi
penyakit jantung rematiik
Tik 5.2 menjelaskan faktor resiko
dari penyakit jantung rematik
Tiu
6 memahami dan menjelaskan tentang istiqomah
STEP 6 (Gather information and individual study)
Step
7
TIU
1. Memahami dan Menjelaskan Etiologi dan Patogenesis Penyakit Jantung Reumatik
1.1 Definisi
Penyakit Jantung Reumatik
Penyakit radang berulang akut,
terutama pada anak-anak yang biasanya terjadi setelah infeksi streptococcus.
Merupakan akibat sekunder dari terhadap antibodi anti streptococcus yang
bereaksi silang dengan antigen jantung.
1.2 Etiologi
Penyakit Jantung Reumatik
Penyakit jantung rematik merupakan
sekuele faringitis akibat streptokokus β-hemolitikus group A. demam rematik
timbul hanya jika terjadi respon antibody atau imunologis yang bermakna
terhadap infeksi streptokokus sebelumnya. Sekitar 3% infeksi streptokokus pada
faring diikuti dengan serangan demam rematik (dalam 2 hingga 4 minggu).
Serangan awal rematik biasanya
biasanya dijumpai pada masa anak dan awal masa remaja. Insiden infektif
streptokokus berkaitan langsung dengan faktor predisposisi perkembangan dan
penularan infeksi seperti : faktor sosial ekonomi misalnya kecukupan hidup
sehari – hari dan terpenuhinya akses kelayanan kesehatan dan terapi antibiotic.
Ciri-cirinya adalah :
·
Bola tersusun seperti rantai. Membelah
diri dengan arah memanjang pada sumbu dan rangkaian tersebut.
·
Bakteri gram positif
·
Kapsul polisakarida yang terdiri atas
asam hyalorunat yang dapat menghalagi fagositosis.
·
Dindingnya terdiri atas protein
(antigen), karbohidrat, dan peptidoglikan.
Streptococcus
Viridans
|
Substansi
Kelompok Spesifik
|
Hemolisis
|
Habitat
|
Kriteria
Laborstorium Penting
|
Penyakit
|
1. S.mitis
2. S.mutans
3. S.salivarius
4. S.sanguis
|
-
|
α
|
Mulut, kerongkongan,
usus besar, genital wanita
|
Resisten optochin
koloni dan tidak larut dalam empedu
|
Caries gigi,
endokarditis dan abses
|
1.3 Patogenesis
Penyakit Jantung Reumatik
Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960)
dan Zabriskie (1966), demam reumatik terjadi karena terdapatnya proses autoimun
atau antigen yang mirip antara jaringan tubuh manusia dan antigen somatik
streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta-hemolyticus
grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk reaksi imunologik yaitu
antibody. Karena sifat antigen ini sama maka antibody tersebut akan menyerang
juga komponen jaringan tubuh dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat
terdapatnya antibody terhadap jaringan jantung dalam serum penderita demam
reumatik dan jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin
berperanan dalam kejadian demam reumatik ialah stretolysin titer 0, suatu
produk extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal bersifat
toxik terhadap jaringan myocard.
Beberapa di antara berbagai antigen
somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi untuk
waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat pada penderita
sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan A.
TIU
2. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang
penyakit jantung reumatik
2.1 Manifestasi
klinik penyakit jantung reumatik
Diagnosis demam rematik lazim didasarkan pada suatu kriteria yang untuk
pertama kali diajukan oleh T. Duchett Jones dan, oleh karena itu
kemudian dikenal sebagai kriteria Jones. Kriteria
Jones memuat kelompok kriteria mayor dan minor yang pada dasarnya
merupakan manifestasi klinik dan laboratorik demam rematik. Pada perkembangan
selanjutnya, kriteria ini kemudian diperbaiki oleh American Heart Association
dengan menambahkan
bukti adanya infeksi streptokokus sebelumnya
Kriteria Mayor
1)
Karditis
Merupakan manifestasi klinik demam rematik
yang paling berat karena merupakan satu-satunya manifestasi yang dapat mengakibatkan
kematian penderita pada fase akut dan dapat menyebabkan
kelainan katup sehingga terjadi penyakit jantung rematik
Diagnosis karditis rematik dapat ditegakkan secara klinik berdasarkan
adanya salah satu tanda berikut:
(a)
bising baru atau perubahan sifat bising
organik
(b)
kardiomegali
(c)
perikarditis,
(d)
gagal jantung kongestif
Bising jantung merupakan manifestasi karditis rematik yang seringkali muncul
pertama kali, sementara tanda dan gejala perikarditis serta gagal jantung
kongestif biasanya baru timbul pada keadaan yang lebih berat.
Bising pada karditis rematik dapat berupa bising
pansistol di daerah apeks (regurgitasi mitral), bising awal diastol di daerah
basal (regurgitasi aorta), dan bising mid-diastol pada apeks (bising
Carey-Coombs) yang timbul akibat adanya dilatasi ventrikel kiri.
2) Poliartritis
Ditandai oleh adanya nyeri, pembengkakan, kemerahan, teraba panas, dan
keterbatasan gerak aktif pada dua sendi atau lebih. Artritis pada demam rematik
paling sering mengenai sendi-sendi besar anggota gerak bawah. Kelainan ini
hanya berlangsung beberapa hari sampai seminggu pada satu sendi dan kemudian
berpindah, sehingga dapat ditemukan artritis yang saling tumpang tindih pada
beberapa sendi pada waktu yang sama, sementara tanda-tanda radang mereda pada
satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat.
Perlu diingat bahwa artritis yang hanya mengenai satu sendi (monoartritis) tidak dapat dijadikan sebagai suatu
kriterium mayor. Selain itu, agar dapat
digunakan sebagai suatu kriterium mayor, poliartritis harus disertai
sekurang-kurangnya dua kriteria minor, seperti demam dan kenaikan laju endap
darah, serta harus didukung oleh adanya titer ASTO atau antibodi
antistreptokokus lainnya yang tinggi
3) Korea
Secara khas ditandai oleh adanya gerakan
tidak disadari dan tidak bertujuan yang berlangsung cepat dan umumnya bersifat
bilateral, meskipun dapat juga hanya mengenai satu sisi tubuh. Manifestasi
demam rematik ini lazim disertai kelemahan otot dan ketidak-stabilan emosi.
Korea jarang dijumpai pada penderita di bawah usia 3 tahun atau setelah masa
pubertas dan lazim terjadi pada perempuan
Korea Syndenham merupakan satu-satunya tanda mayor yang sedemikian penting
sehingga dapat dianggap sebagai pertanda adanya demam rematik meskipun tidak
ditemukan kriteria yang lain
Korea merupakan manifestasi demam rematik yang muncul secara lambat, sehingga tanda dan gejala lain kemungkinan sudah
tidak ditemukan lagi pada saat korea mulai timbul.
4) Eritema marginatum
Merupakan wujud kelainan kulit yang khas
pada demam rematik dan tampak sebagai
makula yang berwarna merah, pucat di
bagian tengah, tidak terasa gatal, berbentuk bulat atau dengan tepi yang
bergelombang dan meluas secara sentrifugal.
Eritema marginatum juga dikenal sebagai eritema anulare rematikum dan
terutama timbul di daerah badan, pantat, anggota gerak bagian proksimal, tetapi
tidak pernah ditemukan di daerah wajah. Kelainan ini dapat bersifat sementara
atau menetap, berpindah-pindah dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang
lain, dapat dicetuskan oleh pemberian panas, dan memucat jika ditekan
5) Nodulus subkutan
Pada umumnya hanya dijumpai pada kasus
yang berat dan terdapat di daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta
kolumna vertebralis. Nodul ini berupa massa yang padat, tidak terasa nyeri,
mudah digerakkan dari kulit di atasnya, dengan diameter dan beberapa milimeter
sampai sekitar 2 cm
Kriteria Minor
1)
Riwayar demam rematik sebelumnya
Dapat digunakan sebagai salah satu kriteria minor apabila tercatat dengan
baik sebagai suatu diagnosis yang didasarkan pada kriteria obyektif yang sama.
Akan tetapi, riwayat demam rematik atau penyakit jantung rematik inaktif yang
pernah diidap seorang penderita seringkali tidak tercatat secara baik sehingga
sulit dipastikan kebenarannya, atau bahkan tidak terdiagnosis
2) Artralgia
Adalah rasa nyeri pada satu sendi atau lebih tanpa disertai peradangan atau
keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus dibedakan dengan nyeri pada
otot atau jaringan periartikular lainnya, atau dengan nyeri sendi malam hari
yang lazim terjadi pada anak-anak normal. Artralgia
tidak dapat digunakan sebagai kriteria minor apabila poliartritis sudah dipakai
sebagai kriteria mayor
3)
Demam
Pada demam rematik biasanya ringan,meskipun adakalanya mencapai 39°C,
terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai
suatu demam derajat ringan selama beberapa minggu.
Demam merupakan pertanda infeksi yang tidak spesifik, dan karena dapat
dijumpai pada
begitu banyak penyakit lain, kriteria minor ini tidak memiliki arti diagnosis
banding yang bermakna
4)
Peningkatan kadar reaktan fase akut
Berupa kenaikan laju endap darah, kadar protein C reaktif, serta
leukositosis merupakan indikator nonspesifik dan peradangan atau infeksi.
Ketiga tanda reaksi fase akut ini hampir selalu ditemukan pada demam rematik,
kecuali jika korea merupakan satu-satunya manifestasi mayor yang ditemukan.
Perlu diingat bahwa laju endap darah juga meningkat pada kasus anemia dan
gagal jantung kongestif. Adapun protein C reaktif tidak meningkat pada anemia,
akan tetapi mengalami kenaikan pada gagal jantung kongestif. Laju endap darah
dan kadar protein C reaktif dapat meningkat pada semua kasus infeksi, namun
apabila protein C reaktif tidak bertambah, maka kemungkinan adanya infeksi
streptokokus akut dapat dipertanyakan
5)
Interval P-R yang memanjang
Biasanya menunjukkan adanya keterlambatan abnormal sistem konduksi pada
nodus atrioventrikel dan meskipun sering dijumpai pada demam rematik, perubahan
gambaran EKG ini tidak spesifik untuk demam rematik. Selain itu, interval P-R
yang memanjang juga bukan merupakan pertanda yang memadai akan adanya karditis
rematik.
2.2 Pemeriksaan
Penyakit Jantung Reumatik
Pemeriksaan
diakukan pada saat sebelum ditemukan infeksi SGA dan ditemukan / menetapnya
infeksi.
1. Pemeriksaan
darah
·
LED tinggi sekali
·
Lekositosis
·
Nilai hemoglobin dapat rendah (anemia
normositik normokrom)
2. Pemeriksaan
bakteriologi
·
Spesimen :
Hapus tenggorokan, nanah, atau serum
·
Kultur :
Streptococcus anaerob pada agar darah dilakukan secara inokulasi
·
Deteksi Ag : Menggunakan enzim atau metode kimia ekstrak Ag pada jaringan
yang sakit
3. Pemeriksaan
serologi.
·
Titer
ASTO
dianggap meningkat apabila mencapai 250 unit Todd pada orang dewasa atau
333 unit Todd pada anak-anak di atas usia 5 tahun, dan dapat dijumpai pada
sekitar 70% sampai 80% kasus demam rematik akut
·
Peningkatan antistreptokinase, dan anti hyaluronidase.
4. Pemeriksaan
EKG
Interval
PR menjadi panjang
5. Pemeriksaan
radiologi
Elektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai
adanya kelainan jantung.
TIU3. Memahami dan Menjelaskan Endokarditis
Infeksiosa Sebagai Komplikasi Penyakit Jantung Reumatik
3.1 Komplikasi
Penyakit Jantung Reumatik
· Aritmia
jantung
· Pankarditis
dengna efusi yang luas
· Pneumonitis
reumatik
· Emboli
paru
· Infark
· Kelainan
katup jantung à Endokarditis
Infeksiosa
3.2 Etiologi
Endokarditis Infeksiosa
Banyak
spesies dari bakteri dan jamur telah diaporkan untuk menyebabkan episode
sporadic endokarditis; namun demikian, jumlah kecil dari jenis bakteri
menyebabkan kaus yang mayoritas. Microorganism penyebab bervariasi di tipe
klinis utama endokarditis, sebagian dikarenakan perbedaan tempat masuk bakteri
(portals of entry). Kavitas oral, kulit, dan traktus respiratorius bagian atas
merupakan tempat primer berturutan untuk jenis viridans streptococci,
staphylococci, dan HACEK organisms (Haemophilus, Actinobacillus, Cardiobacterium,
Eikenella, and Kingella) menyebabkan endokarditis katup yang
didapat dari komunitsas.
Streptococcus
bovis berasal dari traktus gastrointestinal, dimana dkaitkan dengan poli dan
tumor kolon, dan enterococci yang memasuki pembuluh darah dari traktus
genitourinary. Endokarditis katup asal nosokomial lebih besar konsekuensi untuk
bakteremia yang meningkat melalui kateter intravascular dan lebih jarang luka
nosokomial dan infeksi traktus urinarius. Endokardiis menyebabkan komplikasi
hingga 6-25% episode kateter yang berkaitan dengan bakteremia Staphylococcus
aureus; angka tertinggi dideteksi dengan pemeriksaan transesophageal
echocardiography (TEE) screening
Endokarditis
katup prostetik meningkat dalam 2 bulan dari pembedahan katup secara umum
merupakan hasil dari kontaminasi intra operatif dari prosthesis atau komplikasi
post operative bakteremia. INosokomial secara alami pada infeksi ini
direfleksikan pada penyebab mikro primer : coagulase-negative staphylococci, S.
aureus, facultative gram-negative bacilli, diphtheroids, dan jamur. Tempat
masuk dan organisme penyebab kasus dimulai > 12 bulan setelah pembedahan
adalah sama untuk mereka dengan endocarditis katup komunitas didapat. Bukti
epidemiologis menganjurkan bahwa endokarditis katup prosthetic akibat koagulasi
negatif stafilokokus yang hadir antara 2 dan 12 bulan setelah pembedahan
setelah pembedahan seringkali nosokomial pada aslinya tetapi dengan onset yang
terlambat. Setidaknya 85% dari koagulasi negatif stafilokokus yang menyebabkan
endokarditis katup prosthetic dalam 12 bulan adalah resisten
methicillin-resistant; angka resisten methicillin menurun hingga 25% diantara
stafilokokus koagulasi negatif yang menyebabkan endocarditis prosthetic yang
tampak >12 bulan setelah pembedahan katup.
3.3
Patogenesis Endokarditis Infeksiosa
Endokarditis
terjadi karena menempelnya mikroorganisme dari sirkulasi
darah pada permukaan endokardial, yang kemudian akan mengadakan multiplikasi, terutama pada katup-katup yang telah cacat. Penempelan bakteri-bakteri tersebut
akan membentuk koloni, dengan menggunakan nutrisi yang diambil dari darah. Adanya koloni bakteri tersebut memudahkan terjadinya thrombosis dan dipermudah oleh
thromboplastin yang ditimbulkan oleh lekosit yang bereaksi dengan fibrin. Jaringan
fibrin yang baru akan menyelimuti koloni-koloni bakteri dan menyebabkan vegetasi
bertambah. Daerah endokardium yang sering terkena adalah katup mitral dan katup aorta.
Vegetasi juga terjadi pada tempat-tempat yang mengalami jet lessions, sehingga endothel menajdi kasar dan terjadi fibrosis, selain itu terjadi juga turbulensi
darah pada permukaan endokardial, yang kemudian akan mengadakan multiplikasi, terutama pada katup-katup yang telah cacat. Penempelan bakteri-bakteri tersebut
akan membentuk koloni, dengan menggunakan nutrisi yang diambil dari darah. Adanya koloni bakteri tersebut memudahkan terjadinya thrombosis dan dipermudah oleh
thromboplastin yang ditimbulkan oleh lekosit yang bereaksi dengan fibrin. Jaringan
fibrin yang baru akan menyelimuti koloni-koloni bakteri dan menyebabkan vegetasi
bertambah. Daerah endokardium yang sering terkena adalah katup mitral dan katup aorta.
Vegetasi juga terjadi pada tempat-tempat yang mengalami jet lessions, sehingga endothel menajdi kasar dan terjadi fibrosis, selain itu terjadi juga turbulensi
Bentuk
vegetasi dapat kecil sampai besar, berwarna
putih sampai coklat, koloni dari mikroorganisme tercampur dengan platelet fibrin
dimana disekelilingnya akan terjadi reaksi radang. Bila keadaan berlanjut akan
terjadi abses yang akan mengenai otot jantung yang berdekatan, dan secara
hematogen akan menyebar ke seluruh otot jantung. Bila abses mengenai sistim
konduksi akan menyebabkan arithmia dengan segala manifestasi kliniknya. Jaringan
yang rusak tersebut akan membentuk luka dan histiocyt akan terkumpul pada dasar
vegetasi. Sementara itu endothelium mulai menutupi permukaan dari sisi perifer,
proses ini akan berhasil bila mendapat terapi secara baik. Makrofage akan
memakan bakteri, kemudian fibroblast akan terbentuk diikuti pembentukan jaringan ikat kolagen.
putih sampai coklat, koloni dari mikroorganisme tercampur dengan platelet fibrin
dimana disekelilingnya akan terjadi reaksi radang. Bila keadaan berlanjut akan
terjadi abses yang akan mengenai otot jantung yang berdekatan, dan secara
hematogen akan menyebar ke seluruh otot jantung. Bila abses mengenai sistim
konduksi akan menyebabkan arithmia dengan segala manifestasi kliniknya. Jaringan
yang rusak tersebut akan membentuk luka dan histiocyt akan terkumpul pada dasar
vegetasi. Sementara itu endothelium mulai menutupi permukaan dari sisi perifer,
proses ini akan berhasil bila mendapat terapi secara baik. Makrofage akan
memakan bakteri, kemudian fibroblast akan terbentuk diikuti pembentukan jaringan ikat kolagen.
Pada
jaringan baru akan terbentuk jaringan parut atau kadang-kadang terjadi ruptur dari
chordae tendinen, otot papillaris, septum ventrikel. Sehingga pada katup
menimbulkan bentuk katup yang abnormal, dan berpengaruh terahdap fungsinya.
Permukaan maupun bentuk katup yang abnormal ini akan memudahkan
terjadinya infeksi ulang. Vegetasi tersebut dapat terlepas dan menimbulkan emboli
diberbagai organ. Pasien dengan endokarditis biasanya mempunyai titer antibodi terhadap
mikroorganisme penyebab, hal tersebut akan membentuk immune complex, yang
menyebabkan gromerulonephritis, arthritis, dan berbagai macam manifestasi
kelainan mucocutaneus, juga vasculitis.
menimbulkan bentuk katup yang abnormal, dan berpengaruh terahdap fungsinya.
Permukaan maupun bentuk katup yang abnormal ini akan memudahkan
terjadinya infeksi ulang. Vegetasi tersebut dapat terlepas dan menimbulkan emboli
diberbagai organ. Pasien dengan endokarditis biasanya mempunyai titer antibodi terhadap
mikroorganisme penyebab, hal tersebut akan membentuk immune complex, yang
menyebabkan gromerulonephritis, arthritis, dan berbagai macam manifestasi
kelainan mucocutaneus, juga vasculitis.
3.4 Menjelaskan gambaran morfologi endokarditis bakterialis
Gambaran makroskopik berupa tonjolan vegetasi 0,5-2 cm,
rapuh dan mengandung mikroba pada satu atau lebih katup.
Gambaran
mikroskopik vegetasi mengandung fibrin dan trombus, netrofil, dan
bakteri.
3.5
Pemeriksaan Endokarditis Infeksiosa
· Pemeriksaan
Laboratorium
Leukositosis,
eosinofilia, LED meningkat, CKMB meningkat, uji troponin sensitif, peningkatan
titer IgG sampai 4 kali lipat, anemia normositik normokrom, bilirubin sedikit
meningkat, proteinuria dan mikrohemaaturia.
· Elektrokardiografi
Abnormal dengan sinus taikardia,
perubahan gelombang ST, perlambatan interval QTc, dan aritmia
· Foto
rontgen dada
· Biopsi
Endomioardial
· Ekokardiografi
Ekokardiografi
merupakan alat diagnostik di bidang kardiovaskular dengan prinsip dasar
gelombang suara frekuensi tinggi. Transmisi gelombang suara dapat memberikan
pantulan glombang yang memberikan kontur sesuai dengan jaringan yang
memantulkan transmisi gelombang. Alat ekokardiografi dapat memperlihatkan
kontur dinding pembuluh darah, ruang jantung, katup jantung dan selaput
pembungkus jantung. Pencitraan akan tergambar dalam bentuk satu dimensi
(m-mode, dua dimensi (2-D) bahkan 3 dimensi (3-D) dan 4 dimensi (4-D).
Dopler
pada alat eko menggunkan prinsip transmisi pantulan gelombang suara oleh sel
darah merah, sehingga memungkinkan pengukuran kecepatan (velositas) dan arah
aliran darah dalam jantung dan pembuluh darah. Penggunaan eko-doppler dipakai
untuk membantu pengukuran hemodinamik
jantung, seperti isi sekuncup, curah jantung, tekanan dan pressure gradient.
Penggunaan
sistem warna pada ekokardiografi (color
flow mapping) memungkinkan untuk menentukan arah dan sifat aliran darah,
baik streamline atau turbulen.
Penggunaan modalitas ekokardiografi doppler berwarna dapat dengan mudah melihat
aliran-aliran turbulen akibat regurgitasi, stenosis maupun aliran abnormal
melalui defek pada pada septum atrium atau ventrikel.
Jenis-jenis
ekokardiografi :
1.
Ekokardiografi noninvasif
(ekokardiografi transtorakal)
o
Tranduser melalui dinding dada
o
Terdapat keterbatasan pada pasien
emfisema dan gemuk
2.
Ekokardiografi invasif
o Tranduser
dilekatkan pada ujung alat endoskopi, dimasukkan melalui esofagus sampai ke
lambung
o Jaraknya
lebih dekat dengan target, sehingga limitasi dapat diatasi
3.
Ekokardiografi invasif intraoperatif
o
Tranduser
langsung diletakkan ke permukaan jantung pada saat operasi jantung
4.
Ekokardiografi intravascular (Intra
Vascular Ultrasound)
o Tranduser
diletakkan pada ujung kateter pada prosedur angiografi koroner
5.
Ekokardiografi kontras
o Pemeriksaan
ekokardiografi dengan kontras untuk melihat defek pada sekat dan evaluasi
kinesis gerakan dinding jantung
Pada
penyait ini dapat menunjukkan disfungsi sistolik ventrikel kiri, ketebalan
dinding jantung meningkat, dan trombus ventrikel.
TIU
4. Memahami dan Menjelaskan penatalaksanaan dan prognosis penyakit jantung
reumatik
4.1 Farmakoterapi
1. Sebelum
komplikasi
· Untuk
eradikasi kuman Streptococcus. Obat
pilihan pertama penisilin G benzatin. Yang diberikan dalam dosis tunggal.
Penisilin oral 750 mg 4 x sehari diberikan dalam 10 hari. Bila pasien aalergi
dengan penisilin, diberikan eritromisin dengan dosis 50 mg/kgbb/hari.
· Untuk
anti radang
-
Natrium salisilat meredakan artritis dan
demam. Dosis 100-120 mg/kgbb/hari dalam 4-6 dosis, terbagi dalam 2-4 minggu
kemudian dosis diturunkan menjadi 75 mg/kgbb/hari selama 4-6 minggu.
-
Aspirin
-
Kortikosteroid untuk demam rematik
ditambah dengan gagal jantung
· Obat
korea
2. Setelah
komplikasi
· Adanya
endokarditis infeksiosa
Biasanya diberi obat
secara parenteral, bersifat bakterisiddengan periode yang diperpanjang melalui
difusi pasif dimana akan mencapai konsentrasi efektif pada vegetasi.
Terapi empiris.
Endokarditis infeksiosa subakut diterapi dengan ceftriaxone plus gentamicin.
Dua anti mikroba ini ditambah vancomicin, sebaiknya digunakan jika melibatkan
katup prostetin.
Ada 2 cara :
- Pencegahan
primer : upaya pencegahan infeksi streptococcus beta hemolitikus grup A
sehingga tercegah dari penyakit demam rematik
Dapat diatasi dengan
antibiotika penisilin- V dan benzalin penisilin parenteral yang adekuat
terhadap kuman SGA beta hemolitikus
- Pencegahan
sekunder : upaya mencegah menetapnya infeksi streptococcus beta
hemolitikus grup A bekas pasien demam rematik
Dapat diatasi dengan
benzalin penisilin G yang long acting untuk mencegah terjadinya kelainan
hemodinamik pada sirkulasi jantung
4.2 Terapi
bedah jantung rematik
Penyakit
Katup Mitral
Ada 3 jenis
teknik yang berkembang untuk mengoreksi deformitas katup mitral yaitu:
1. Valvotomi
Mitralis (pembukaan katup mitral)
Biasanya dipertimbangkan bagi
beberapa penderita stenosis mitralis murni yang gejala nya telah berkembang
menjadi penyakit jantung fungsional kelas II ( yaitu, timbul gejala saat
melakukan kerja fisik biasa). Calon pasien yang dapat menjalani pendekatan per
kutan atau pembedahan biasanya adalah pasien usia muda tanpa fibrilasi atrium,
insufisiensi mitralis, katup berkasifikasi, atau riwayat pembedahan
komisurotomi sebelumnya.
2. Penggantian
Katup Mitrallis
Biasanya dipertimbangkan pada
insufisiensi mitralis dan pada stenosis mitralis yang meskipun telah mendapat
terapi obat-obatan, perkembangan gejalanya telah mencapai penyakit jantung
fungsional kelas III ( yaitu, timbulnya gejala pada orang yang melakukan kerja
ringan)
3. Pembedahan
Rekonstruktif (perbaikan katup mitral)
Terjadi terutama pada penyakit
degenerative non rematik. Perbaikan katup dapat dengan memperpanjang atau
memperpendek korda tendinae, atau reposisi korda, atau reseksi daun katup.
Penyakit Katup Aorta
Penggantian
katup dianjurkan pada regurgitasi aorta dan stenosis aorta yang mengalami
kalsifikasi. Valvulotomi aorta per kutan dapat dipertimbangkan pada penderita
stenosis aorta beresiko tinggi yang berusia tua atau penderita stenosis aorta
berusia muda yang tidak mengalami
kalsifikasi
Katup Palsu
Terdapat 2 tipe
dsar katup yang masing- masingnya mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
1. Katup
mekanis
Walaupun sangat tahan lama tetapi bersifat
trobogenik, dan memerlukan pemberian antikoagualan jangka panjang.
2. Katup
jaringan
Ada tiga jenis katup jaringan yang tersedia
Ø Heterograf
dari babi
Ø Heterograf
dari perikardium sapi
Ø Homograf
atau katup jantung manusia (biasanya aorta atau pulmonalis) yang telah
dibekukan tetapi jarang ditemukan dan memiliki kekhasan berupa tahan lama serta
bersifat nontrombogenik
Katup-katup ini
lebih direkomendasikan untuk pasien usia tua atau bila antikoagulasi merupakan
kontraindikasi.
4.3
Prognosis
Sesudah
serangan awal demam rematik, kerentanan terhadap serangan berulang sangat
tinggi. Pencegahan dengan antibiotik harus segera dimulai begitu diagnosis
ditegakkan. Suntikan penisilin sekali sebulan cukup efektif dan lebih
menguntungkan daripada pemberian oral setiap hari, karena membutuhkan kesadaran
pasien yang tinggi. Penceghan dengan antibiotik harus diteruskan paling tidak
sampai masa dewasa untuk menghindari kemungkinan deformitas katup jantung akibat serangan
demam rematik berulang. Pencegahan harus lebih diutamakan daripada pengobatan
infeksi streptococcus, karena demam rematik berulang biasanya didahului oleh
infeksi streptococcus yang tidak menimbulkan gejalanya. Selain itu, seringkali
sulit untuk mencegah terjadinya serangan berulang sesudah awitan gejala.
4.4
Terapi profilaksis
Demam
rematik dan endokarditis infeksiosa subakut merupakan dua penyakit yang
sesungguhnya dapat dicegah sehingga dapat menurunkan insiden atau keparahan
lesi katup didapat. Demam rematik dapat dihindari dengan melakukan deteksi
dinidan pemakaian penisilin untuk mengobati infeksi streptococcus beta
hemolitik grup a. Diagnosis dini dan pengobatan demam rematik akut juga penting
dilakukan. Diagnosis demam rematik mungkin sulit ditegakna karena tidak ada
satu pun gambaran klinis atau hasil laboratorium penyakit ini yang patognomik;
gambaran klinis penyakit ini nonspesifik.
Penggunaan antibiotik profilatik yang sesuai selama infeksi sistemik
yang sudah maupun yang mungkin akan terjadi, merupakan tindakan yang sangat
diperlukan untuk mencegah kerusakan katup lebih lanjut.
TIU
5. Memahami dan Menjelaskan epidemiologi penyakit jantung reumatik
5.1 Prevalensi
Penyakit
jantung rematik, merupakan jenis penyakit jantung didapat yang paling banyak
dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda. Puncak insiden demam rematik
terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun. Penyakit ini jarang dijumpai pada anak
dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun. Demam rematik dan penyakit
jantung rematik hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang penting di
negara-negara yang sedang berkembang. Demam rematik maupun
stenosis mitralis tetap merupakan penyakit yang sering terjadi di negara
berkembang, dengan insiden lebih tinggi di kota yang miskin daripada desa yang
miskin.
Saat
ini diperkirakan insidens demam reumatik di Amerika Serikat adalah 0,6 per
100.000 penduduk pada kelompok usia 5 sampai 19 tahun. Insidens yang hampir
sama dilaporkan di negara Eropa Barat. Angka tersebut menggambarkan penurunan
tajam apabila dibandingkan angka yang dilaporkan pada awal abad ini, yaitu
100-200 per 100.000 penduduk.
Sebaliknya
insidens demam reumatik masih tinggi di negara berkembang. Data dari negara
berkembang menunjukkan bahwa prevalensi demam reumatik masih amat tinggi sedang
mortalitas penyakit jantung reumatik sekurangnya 10 kali lebih tinggi daripada
di negara maju. Di Srilangka insidens demam reumatik pada tahun 1976
dilaporkan lebih kurang 100-150 kasus per 100.000 penduduk. Di India,
prevalensi demam reumatik dan penyakit jantung reumatik pada tahun 1980
diperkirakan antara 6-11 per 1000 anak. Di Yemen, masalah demam reumatik dan
penyakit jantung reumatik sangat besar dan merupakan penyakit kardiovaskular
pertama yang menyerang anak-anak dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang
tinggi8. Di Yogyakarta pasien dengan demam reumatik dan penyakit
jantung reumatik yang diobati di Unit Penyakit Anak dalam periode 1980-1989
sekitar 25-35 per tahun, sedangkan di Unit Penyakit Anak RS. Cipto Mangunkusumo
tercatat rata-rata 60-80 kasus baru per tahun.Insidens penyakit ini di negara
maju telah menurun dengan tajam selama 6 dekade terakhir
5.2 Faktor
predisposisi
Faktor Individu
1. Faktor Genetik
Banyak demam reumatik/penyakit jantung reumatik yang terjadi pada satu
keluarga maupun pada anak-anak kembar.
2. Jenis Kelamin
Tidak didapatkan perbedaan insidens demam reumatik pada lelaki dan wanita.
Meskipun begitu, manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada salah
satu jenis kelamin, misalnya gejala korea jauh lebih sering ditemukan pada
wanita daripada laki-laki. Kelainan katub
sebagai gejala sisa penyakit jantung reumatik juga menunjukkan perbedaan jenis
kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral lebih sering
ditemukan pada wanita, sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan pada
laki-laki.
3. Golongan Etnik dan Ras
Belum bisa dipastikan dengan jelas karena mungkin berbagai faktor
lingkungan yang berbeda pada golongan etnik dan ras tertentu ikut berperan atau
bahkan merupakan sebab yang sebenarnya. Yang telah dicatat dengan jelas ialah
terjadinya stenosis mitral. Di negara-negara barat umumnya stenosis mitral
terjadi bertahun-tahun setelah serangan penyakit jantung reumatik akut. Tetapi
data di India menunjukkan bahwa stenosis mitral organik yang berat seringkali
sudah terjadi dalam waktu yang relatif singkat, hanya 6 bulan-3 tahun setelah
serangan pertama.
4. Umur
Paling sering pada umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang
sebelum umur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan
sesuai dengan insidens infeksi Streptococcus pada anak usia sekolah.
5. Keadaan Gizi dan adanya penyakit lain
Belum dapat ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi. Hanya sudah
diketahui bahwa penderita sickle cell anemia jarang yang menderita demam
reumatik/penyakit jantung reumatik.
Faktor-faktor Lingkungan
1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai
predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Termasuk dalam keadaan sosial
ekonomi yang buruk ialah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan
penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati
anak yang sakit sangat kurang, pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk
perawatan kesehatan kurang dan lain-lain.
2. Iklim dan Geografi
Penyakit ini terbanyak didapatkan di daerah beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir
ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih
tinggi daripada yang diduga semula. Di daerah yang letaknya tinggi agaknya
insidens lebih tinggi daripada di dataran rendah.
3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
TIU
6. Memahami dan Menjelaskan tentang istiqomah
Menurut bahasa, istiqamah
artinya lurus dan tidak berbelok-belok. Sayidina Umar ibn Al-Khattab r.a. menjelaskan bahwa: ‘istiqamah
itu tetap mengikuti perintah dan (menjauhi) larangan dan tidak menyimpang dari
padanya’. Ibn Taimiyah berkata: ‘Mereka istiqamah dalam
mencintai Allah yang diwujudkan dengan ibadah kepadaNya dan mencintai sesama’.
Ibnul Qoyyim
al-Jauziyah berkata, “Apabila hati
seseorang itu lengah dari dzikir kepada Allah, maka setan dengan serta merta
akan masuk ke dalam hati seseorang dan mempengaruhinya untuk berbuat keburukan.
Masuknya setan ke dalam hati yang lengah ini, bahkan lebih cepat daripada
masuknya angin ke dalam sebuah ruangan.”
Oleh karena itu,
hati seorang mukmin harus senantiasa dijaga dari pengaruh setan. Yaitu, dengan
senantiasa berada dalam sikap taat kepada Allah SWT.
Imam al-Qurtubi
berkata, “Hati yang istiqamah adalah hati
yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan,
perkataan, maupun perbuatan.” Lebih lanjut beliau mengatakan, “Hati yang istiqamah adalah jalan menuju
keberhasilan di dunia dan keselamatan dari azab akhirat. Hati yang istiqamah
akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan
akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka
malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan
dari ketakutan terhadap adzab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal
diterima dan menghapus dosa.
Ada
banyak cara untuk menggapai hati yang istiqamah ini.
1.
Meletakkan cinta kepada Allah SWT di
atas segala-galanya. Ini adalah persoalan yang tidak mudah dan butuh perjuangan
keras. Karena, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami benturan
antara kepentingan Allah dan kepentingan makhluk, entah itu kepentingan orang
tua, guru, teman, saudara, atau yang lainnya. Apabila dalam kenyataanya kita
lebih mendahulukan kepentingan makhluk, maka itu pertanda bahwa kita belum
meletakkan cinta Allah di atas segala-galanya.
2.
Kedua, membesarkan perintah dan larangan
Allah. Membesarkan perintah dan larangan Allah harus dimulai dari membesarkan
dan mengagungkan pemilik perintah dan larangan tersebut, yaitu Allah SWT.
3.
Senantiasa berzikir kepada Allah. Zikir
adalah wasiat Allah kepada hamba-hamba Nya dan wasiat Rasulullah kepada
ummatnya. Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengingat-Ku di dalam dirinya, maka Aku akan
mengingat-Nya dalam diri-Ku. Dan barang siapa yang mengingat-Ku dalam
kesibukan, maka Aku akan mengingat-Nya dalam kesibukan yang lebih baik
darinya.” (HR Bukhari).
4.
Mempelajari kisah orang-orang saleh terdahulu. Diharapkan
agar kita bisa mengambil pelajaran dari mereka. Bagaimana kesabaran mereka
ketika menghadapi ujian yang berat, kejujuran mereka dalam bersikap, dan
keteguhan mereka dalam mempertahankan keimanan.
Allah SWT
berfirman, “Sungguh dalam kisah-kisah mereka terdapat ibrah (pelajaran)
bagi orang yang memiliki akal, ….”
5.
Senantiasa berpikir tentang
kebesaran ciptaan Allah. Allah SWT memiliki ciptaan yang indah dan besar.
Dengan memikirkan ciptaannya diharapkan bisa menyadari betapa besar kekuasaan
Allah terhadap ciptaan-Nya itu. Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, telah
diberikan kepada kalian beberapa permisalan, maka dengarkanlah (perhatikanlah)
permisalan itu. Sesungguhnya orang-orang yang engkau seru selain Allah, mereka
tidak akan mampu untuk menciptakan lalat, meskipun untuk melakukannya itu mereka
berkumpul bersama.”
Manusia yang tidak
memiliki keteguhan sikap dan perinsip, akan terombang-ambing dalam hidupnya bagaikan layang-layang, di
mana arah angin disitu dia ada. Orang semacam ini tidak akan memiliki kepercayaan diri,
sikap optimis, dan jiwa yang besar dalam menjalani hidup. Dia bisa menggapai
kesuksesan dunia, tetapi tidak bisa diharapkan menjadi pejuang kebenaran dan
keadilan. Pada hal hidup ini adalah
arena perjuangan.
”Innama alhayaatu jihadun wa kifah”
(sesungguhnya hidup ini adalah perjuangan dan pengorbanan). Tidak ada arti kehidupan ini tanpa disertai perjuangan, dan
setiap perjuangan memerlukan pengorbanan.
Allah memberi
penghormatan yang tinggi kepada mereka yang memiliki keteguhan pendirian
(istiqamah). Di dalam Al-Qur’an, Surah Fusshilat, ayat 30, Allah berfirman: Inna allaziyna qaaluu rabbuna Allah stumma alstaqaamu tatanazzalu ’alaihim
almalaaikatu an laa takhaafuu wa laa takhzanuu wa absyiruu bi aljannati allatiy
kuntum tuu’aduun” (sesungguhnya
mereka yang berkata: Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap dan jujur
pada pendiriannya, maka para Malaikat akan turun mengucapkan,
“selamat,
Jangan takut, jangan berduka cita! Berbahagialah akan memperoleh syurga yang
telah dijanjikan kepada kamu.”
Suatu hari sahabat Abdullah al-Tsaqafi meminta nasihat
kepada Nabi SAW agar dengan nasihat itu, ia tidak perlu bertanya-tanya lagi
soal agama kepada orang lain. Lalu, Rasulullah saw bersabda, ''Qul Amantu Billah Tsumma Istaqim''
(Katakanlah, aku beriman kepada Allah, dan lalu bersikaplah istiqamah!). (H.R.
Muslim). Sabda Nabi di atas tergolong singkat, tetapi sangat padat. Menurut
Qadhi 'Iyadh, hadits ini ekuivalen dengan firman Allah, ayat 30 surah
Fusshilat, yang mengajarkan agar kita bersikap konsisten dan istiqamah dalam
beragama, yakni senantiasa beriman kepada Allah swt dan senantiasa menjalani
semua perintah-Nya. (Syarkah Shahih Mislim, juz 2/9).
Kemudian
Allah berfirman tentang keistimewaan yang diberikan kepada orang yang
beristiqamah:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat akan turun kepada mereka (untuk mengatakan ) : Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kami (Allah) adalah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula apa yang kamu minta. Sebagai hidangan bagimu dan Tuhan yang maha pengampun lagi maha penyayang” (Fushilat, 41 :30-32).
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat akan turun kepada mereka (untuk mengatakan ) : Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kami (Allah) adalah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula apa yang kamu minta. Sebagai hidangan bagimu dan Tuhan yang maha pengampun lagi maha penyayang” (Fushilat, 41 :30-32).
Dari ayat
diatas ada tiga janji Allah kepada orang yang bersitiqamah :
1. Akan
mendapat perlindungan langsung dari Allah melalui malaikat-malaikatnya
2. Akan
terbebas dari rasa takut dan rasa sedih dari apapun yang menimpanya
3. Akan
dipenuhi apa yang diinginkan baik di kehidupan dunia dan akhirat.
Apabila kita
beristiqamah maka sungguh Allah SWT akan anugerahkan kepada kita 3 hal :
1. Fadlilah
(keutamaan), baik keutamaan dalam sifat (nama baik, pengaruh, martabat). Kita
bisa melihat dalam kehidupan sehari-hari bagaimana banyak sekali orang yang
dikatakan memiliki jabatan, memiliki kedudukan di dunia akan tetapi dalam
hidupnya sehari-hari banyak tidak dipercaya oleh orang dan pengikutnya. Dia di
hujat dan bahkan dihinakan. Tapi kita juga sering melihat orang yang
biasa-biasa saja, sepertinya ilmu dan keahliannya tidak terlalu tinggi. Tapi
oleh Allah Swt dia diberi kemampuan yang lebih dalam menyelesaikan
masalah. Inilah salah satu buah dari istiqamah.
2. Ma'unah (pertolongan),
pertolongan yang diberikan kepada Allah Swt kepada kita melebihi kemampuan
sebenarnya yang kita mampu. Ketika kita mendapatkan beban hidup, ujian yang
berat maka jalan yang terbaik adalah istiqamah dalam ibadah mendekatkan diri
kepada Allah. Apapun ibadah itu meskipun kecil, asal dapat dilakukan dengan
istiqamah / terus menerus akan bernilai sangat besar karena kita istiqamah. Dan
selanjutnya Allah SWT akan memberikan pertolongan dan Allah SWT akan memberikan
kepada kita kekuatan berlipat dari yang kita bisa untuk menanggung dan
menjalani beban dan ujian hidup.
3. Karomah (keistimewaan,
kemuliaan). Ini adalah derajat tertinggi buah dari istiqamah. Karena kedekatan
dengan Allah Swt sampailah dia pada titik, tidak takut dan tidak sedih
sedikitpun terhadap apa yag menimpa kepada dirinya. Orang seperti ini sudah
tidak ada sama sekali keinginan terhadap dunia dalam arti yang sesungguhnya.
Karena kepasrahan yang sangat tinggi kepada Allah Swt. Kaya, miskin,
dipuji, dihujat. Tidak ada bedanya bagi dia. Dia hidup sudah tidak lagi untuk
dunia itu sendiri. Akan tetapi dunia justru akan datang kepadanya. Inilah yang
disebut para Wali Allah(waliullah).Tanda-tanda orang yang seperti ini adalah
dalam hidupnya sama sekali tidak ada takut (khouf) dan sedih (Khazn).
Daftar Pustaka
Goldman,
M.J: Clinical ECG, 8th ed Lange 1973.
Guyton.Arthur.C.1994.FISIOLOGI
KEDOKTERAN.Jakarta:EGC
Ma’rifatullah.
2008. Aku Melihat Surga di Dunia. Jakarta: Gen Mirqat
Price.
2004. Patofisiologi. Jakarta. EGC
Sherwood,
Lauralee (2001).”Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem”, Jakarta : EGC
Sudoyono
et all. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI
Zuhroni.
2008. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedkokteran Dan Kesehatan.Jakarta. YARSI
Kumar.R.C.1999.Dasar
Patologi Penyakit.Jakarta.EGC
terimakasih banyak untuk informasinya, isangat bermanfaat
BalasHapushttp://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-jantung-rematik/